2 Kemudian, tempatkan air di salah satu sudut peternakan. Ini akan membuat aliran air yang mendorong sapi di salah satu sudut peternakan. 3. Di pojok tempat air mengambil sapi, ganti blok pojok dengan hopper dan blok sekitarnya dengan blok magma. 4. Sekarang, setiap sapi yang mencapai sudut ini akan mati karena kerusakan dari blok magma.
Maknaperkataan atau erti daripada hidup-di-atas-mati-pun-di-atas-apakah-itu - Teka Silang Kata
Sistemkami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS hidup di atas mati di atas. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu.
Sistem 25 untuk soalan teka silang kata dari hidup selalu di atas mati pun selalu be b bob. Sistem kita mengumpul soalan dan jawapan teka silang kata dan teka teki daripada silang kata yang popular, teka-teki yang terdapat di media massa, game Android dan lain-lain akhbar popular.
Sistemkami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS hidup di atas mati pun di atas apakah itu. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu. Masukkan juga jumlah kata dan atau huruf yang sudah diketahui untuk
Daribesaran Gini Ratio di atas, Jogja lebih timpang daripada rata-rata Indonesia. Oh iya, buat yang bilang Jogja murah, tolong simpan mimpi kesiangan Anda. Artikel ini jelas bukan buat Anda, yang masih berhalusinasi. Kenyataan di lapangan adalah hidup di Jogja itu susah. Dan mati di Jogja sama susahnya, kalau tidak lebih susah. Lanjut.
xLt135f.
RENUNGAN HARIAN KRISTEN TERBARU, KAMIS 4 JULI 2019 MENCARI PERKARA YANG DI ATAS OLEH E. Gunawi Sp. FIRMAN TUHAN Kolose 31-4 Pada saat yang sangat indah dan bahagia ini, marilah kita merenungkan Firman-Nya yang ajaib dan luar biasa. Dengan kasih setia-Nya yang sangat menakjubkan, Dia memberkati kita. Kita diberi-Nya kesempatan untuk mempelajari Firman-Nya. Firman Tuhan yang akan kita pelajari dicatat dalam Surat Kolose 31-4. Topik kita adalah MENCARI PERKARA YANG DI ATAS. Puji Tuhan! Kali ini kita mendapatkan pengajaran yang sangat elok dari Tuhan Yesus yang kita banggakan. Firman Tuhan dalam Surat Kolose 31, menyatakan “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.” Haleluya! Melalui Rasul Paulus, Tuhan mengajari kita bahwa kita sudah dibangkitkan bersama-sama dengan Dia, Kristus Yesus Juru Selamat kita. Bahwa kita sudah dibangkitkan dari cengkeraman dosa dan hidup di dalam Dia dan Dia di dalam kita. Kita sudah dibangkitkan dari nafsu kedagingan dan hidup di dalam kasih karunia-Nya. Oleh sebab itu, carilah perkara yang di atas. Cari dan terimalah Firman Tuhan dan kebenaran-Nya. Dapatkan kasih setia dan kasih karunia-Nya. Carilah Dia, Kristus Yesus Tuhan kita. Carilah Dia yang sudah mempersembahkan diri-Nya sebagai persembahan yang harum. Upayakanlah mencari Yesus yang disalib, mati, dikuburkan dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga. Usahakanlah mencari Dia yang duduk di sebelah kanan Allah. Dia yang akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Mari kita perhatikan Firman Tuhan yang dicatat dalam Injil Matius 633. Alkitab mengatakan “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Mari kita perhatikan juga Firman Tuhan yang hampir sama yang ditulis dalam Injil Lukas 1231. Firman Tuhan mengatakan “Tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu.” Melalui ayat-ayat tersebut, Tuhan Yesus mengingatkan kita agar mendahulukan Kerajaan Allah. Supaya kita mengutamakan Firman-Nya. Supaya kita setia dan taat mencari Dia, Firman Yang Hidup. Supaya kita mencari Dia yang duduk di sebelah kanan Allah Bapa di sorga. Taati dan percayalah! Carilah kasih setia dan kasih karunia-Nya. Maka segala sesuatu yang kita perlukan akan ditambahkan-Nya kepada kita. Dalam firman berikut, Rasul Paulus begitu nyata mengajari kita. Firman Tuhan dalam Surat Kolose 32, mengatakan “Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” Ajaran Firman Tuhan tersebut sungguh sangat aktual. Pikirkanlah segala perkara yang di atas! Pikirkanlah Firman Tuhan! Pikirkanlah Dia yang telah mengorbankan diri-Nya untuk keselamatan kita. Rasul Paulus, dalam suratnya untuk jemaat orang-orang percaya di Filipi seperti dicatat dalam Surat Filipi 48, mengingatkan kita “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Sungguh! Pikirkanlah semua itu! Pikirkanlah semua yang benar, semua yang mulia dan semua yang adil dalam nama Tuhan yang telah menyelamatkan kita. Pikirkanlah semua yang suci, semua yang manis dan semua yang sedap didengar dalam nama Yesus Kristus. Pikirkanlah semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji dalam nama-Nya. Oleh sebab pengorbanan yang sudah dilakukan-Nya di kayu salib, maka kita yang sudah mati dalam dosa menjadi hidup kembali di dalam Dia. Karena penebusan dengan darah-Nya ya g sangat mahal, maka kita hidup tersembunyi bersama Dia di dalam Allah Bapa. Firman Tuhan yang dicatat dalam Surat Kolose 33, mengatakan “Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.” Lahir baru di dalam Yesus Kristus adalah sebuah anugerah yang cuma-cuma. Lahir baru di dalam Dia adalah penanda kehidupan kekal yang damai sejahtera bersama Tuhan Yesus di dalam Kerajaan Allah. Imanilah dengan sepenuh hati dan segenap jiwa. Jika kita mengimani bahwa Kristus Yesus adalah Firman yang Hidup, maka di dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Hidup itu bersama kita dan untuk kita karena iman kita kepada-Nya. Perhatikanlah Firman Tuhan yang dicatat dalam Injil Yohanes 114. Alkitab mengatakan “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” Jangan ragu-ragu! Percayalah! Yesus Kristus, Tuhan kita, telah menjadi manusia dan diam di antara kita dengan kemuliaan-Nya. Sebagai Anak Tunggal Allah Bapa, Ia sudah menyediakan banyak tempat bagi kita di rumah Bapa-Nya. Karenanya, kita akan hidup damai sejahtera dan penuh sukacita bersama-Nya. Di dalam Dia, kita hidup dengan segala kebenaran, keselamatan dan kasih setia dan kasih karunia yang berkelimpahan. Alkitab mengatakan bahwa Kristus Yesus, yang adalah hidup kita, akan menyatakan diri-Nya pada waktu-Nya. Kelak, Dia Anak Tunggal Allah Bapa itu akan datang lagi menjemput kita. Kemudian, kita akan hidup bersama dengan Dia dalam kemuliaan-Nya yang berlimpah-limpah. Dalam pada itu, Firman Tuhan yang dicatat dalam Surat Kolose 34, mengatakan “Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.” Oleh sebab itu, pakailah perhiasan manusia batiniah kita. Yakni perhiasan iman yang tersembunyi dalam perhiasan yang tidak binasa. Pakailah perhiasan yang berasal dari Roh Kudus yang lemah lembut, tenteram dan damai sejahtera. Suatu perhiasan yang sangat berharga dan disukai oleh Allah kita. Beginilah Firman Tuhan yang ditulis dalam Surat 1 Petrus 34, berbunyi “tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.” Berbahagialah kita yang mencari perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah, karena dari sana Dia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Berbahagialah kita yang memikirkan perkara yang di atas, bukan yang di bumi, karena bersama-Nya kita hidup dalam kebenaran, keselamatan dan kasih karunia yang berkelimpahan. Berbahagialah kita yang hidup di dalam Dia dan Dia di dalam kita, karena jika Ia menyatakan diri kelak pada waktu-Nya, maka kita pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan-Nya. JESUS CHRIST BLESS YOU AND US. AMEN.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Tanggal 18 januari 2015 pada pukul wib kemaren telah dilakukan eksekusi mati pada terpidana kasus narkoba di nusakambangan, cilacap, dan Boyolali. Mereka adalah Tran Thi BichVietnam, NamaonaMalawi, Marco Arche Cardoso MoreiraBrasil, Daniel EnemuoNigeria, Ang Kiem SoeiWNI, Tran Thi Bich HanhVietnam, dan yang terakhir Rani AndrianiWNI. Banyak pihak yang meyayangkan ada nya eksekusi mati ini karena tidak setuju adanya hukuman mati pada para terpidana. Apalagi belakangan pemerintah brasil dan belanda memanggil duta besarnya setelah permohonan grasi dari warga negaranya ditolak oleh presiden joko widodo. Mereka mengatakan “penggunaan hukuman mati, yang dikecam masyarakat internasional, memberi pengaruh buruk untuk hubungan kedua Negara” merupakan pernyataan dari kantor presiden Brasil. Karena hal ini juga semakin banyak orang-orang makin tidak setuju diadakanya eksekusi mati. Kebanyakan orang yang kontra terhadap hukuman mati ini merasa hal ini terlalu keji dan tidak sesuai dengan hak asasi Indonesia juga lima tahun belakangan ini tidak ada mengadakan eksekusi mati. Namun presiden jokowi memilih tetap memegang erat undang-undang yang telah berlaku dan mengatakan tidak ada ampunan bagi para terpidana kasus narkoba. Banyak sekali pihak yang meragukan keefektifan hukuman mati ini. Para pihak yang kontra sering mengungkapkan tidak ada suatu bukti ilmiah yang dapat membuktikan dengan hukuman mati angka kriminalitas bisa berkurang. Dan juga banyak yang memberikan pertanyaan “apakah dengan dilakukannya hukuman mati akan mengembalikan keadaan seperti semula?”. Dan salah satu argument paling kuat untuk kontra pada hukuman mati adalah suatu pelanggaran pada hak asai manusia. Karena teori HAM mengatakan tiada satu orang pun memiliki hak untuk mengakhiri hidup manuia lain meskipun atas nama hukum karena dianggap menentang kehendak Tuhan. Karena hidup dan mati manusia ada di tangan TUHAN yang maha esa, walaupun hakim merupakan benteng terakhir untuk membuat suatu keputusan hukum di dunia. Namun dibalik semua kontra yang diatas saya merupakan salah seorang yang pro diadakan hukuman mati. Bukan karena supaya ada efek jeranamun untuk membuktikan bahwa hukum itu ada , dan sanksinya itu jelas. Mengingat hakikat hukum yang sesungguhnya adalah menegakkan keadilan, maka saya rasa adil jika terpidana kasus-kasus narkoba, terorisme bahkan korupsi diberikan ganjaran hukuman mati. Di dalam konstitusi kita UUD 1945 juga tidak ada pengaturan HAM mutlak yang mengatakan hukuman mati itu dilarang. Malah sudah jelas di dalam KUHP pada pasal 10 telah dikatakan salah satu dari pidana pokok adalah pidana mati. Secara gamblang telah kita ketahui bahwa kepentingan umum mengesampingkan kepentingan pribadi. Seribu nyawa lebih berarti jika dibandingkan dengan satu nyawa. Kita juga melihat dalam hukum adat dan hukum agamahukum pidana islam tidaklah menentang adanya hukuman mati, malah dalam hukum pidana islam mengenal sistem hukuman mati. Hukuman mati juga menjadi salah satu penjamin rasa aman bagi masyarakat banyak. Sesuai dengan pasal yang ada di dalam UUD 1945 pasal 28 huruf G tentang rasa aman dan terlindungi merupakan hak warga Negara. Pelaku tindak pidana berat juga jelas telah menghilangkan banyak nyawa bukan? Dan juga tidak mungkin seorang hakim gampang memberi hukuman mati kepada orang yang memang tidak bersalah. Apalagi sekarang peninjauan kembali PK telah bisa dilakukan berkali-kali. Jadi tidak ada lagi alasan jika hukuman mati itu kemungkinan tidak tepat pihak yang mengatakan jangan beri hukuman mati, beri saja para terpidana hukuman seumur hidup tanpa ada potongan seperti remisi atau grasi. Namun menurut saya ini tidak efektif malah membuat banyak uang Negara yang habis ke masalah itu saja. Dan memberi pelajaran bagi khalayak ramai betapa berharganya nyawa seseorang itu, jika anda menghargai nyawa orang maka anda juga akan dihargai. Dan memberi efek psikologis bagi masyarakat bahwa jika melakukan kejahatan berat hukumannya adalah mempertaruhkan nyawa sendiri. Maka menurut saya hukuman mati masih dibutuhkan untuk Negara Indonesia. Masih sangat efektif hukuman mati dalam memberikan efek psikologis bagi masyarakat, agar berpikir dua kali untuk melakukan kejahatan terutama kejahatan pada nyawa. Walau ada Negara yang menghujat tindakan Indonesia itu tidaklah menjadi sebuah masalah besar, karena setiap Negara harus menghormati hukum dari Negara lain. Lihat Catatan Selengkapnya
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَن تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ كِتَٰبًا مُّؤَجَّلًا ۗ وَمَن يُرِدْ ثَوَابَ ٱلدُّنْيَا نُؤْتِهِۦ مِنْهَا وَمَن يُرِدْ ثَوَابَ ٱلْءَاخِرَةِ نُؤْتِهِۦ مِنْهَا ۚ وَسَنَجْزِى ٱلشَّٰكِرِينَ Arab-Latin Wa mā kāna linafsin an tamụta illā bi`iżnillāhi kitābam mu`ajjalā, wa may yurid ṡawābad-dun-yā nu`tihī min-hā, wa may yurid ṡawābal-ākhirati nu`tihī min-hā, wa sanajzisy-syākirīnArtinya Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan pula kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Ali 'Imran 144 ✵ Ali 'Imran 146 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangPelajaran Penting Berkaitan Surat Ali Imran Ayat 145 Paragraf di atas merupakan Surat Ali Imran Ayat 145 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada berbagai pelajaran penting dari ayat ini. Didapati berbagai penjabaran dari berbagai ulama tafsir mengenai kandungan surat Ali Imran ayat 145, antara lain seperti tercantum📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaSeseorang tidak akan meninggal dunia kecuali dengan izin Allah dan takdirNya dan sampai dia menghabiskan masa hidup yang Allah tentukan baginya sebagai bentuk ketetapan yang pasti. Dan barangsiapa mencari kesenangan dunia dengan amal shalihnya,maka Kami akan memberikan kepadanya rizki yang telah Kami tentukan bagiannya bagi dirinya,dan tidak ada bagian pahala baginya di akhirat kelak. Dan barangsiapa mencari pahala dari Allah di akhirat dengan amal perbuatannya,maka Kami akan menganugerahinya apa yang ia inginkan,dan Kami akan berikan balasan kepadanya dengan sempurna,selain rizki yang menjadi bagiannya di dunia ini. Orang ini telah bersyukur kepada Kami dengan ketaatan dan jihadnya. Dan kami akan membalas orang-orang yang bersukur dengan kebaikan.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram145. Setiap jiwa tidak akan mati kecuali dengan ketentuan Allah setelah memenuhi jangka waktu yang telah ditetapkan oleh Allah dan Dia jadikan sebagai ajal baginya, tidak lebih dan tidak kurang. Barangsiapa menghendaki ganjaran di dunia dengan amal perbuatannya, Kami akan memberikanya menurut kadar yang telah ditetapkan untuknya, dan tidak ada bagian untuknya di akhirat. Dan barangsiapa menghendaki ganjaran Allah di akhirat, Kami akan memberikannya. Dan Kami akan memberikan balasan yang sangat besar bagi orang-orang yang bersyukur kepada Rabb mereka.📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah145. Seseorang tidak akan mati kecuali dengan qadha dan takdir dari Allah. Allah telah menulis ajal setiap jiwa dalam kitab dengan waktu yang telah ditentukan. Barangsiapa yang berhadap dari amalnya balasan dunia niscaya Kami akan memberinya, namun di akhirat ia tidak akan mendapat bagian pahalanya. Dan barangsiapa yang berharap balasan akhirat niscaya Kami akan memberinya balasan secara sempurna beserta bagian dunia yang telah Kami tetapkan. Dan Kami akan memberi pahala orang-orang yang bersyukur yang mengagungkan Allah dengan perkataan dan perbuatan. Ayat ini terikat dengan kehendak Allah yang disebutkan dalam firman-Nya مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang duniawi, maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki. al-Isra 18.Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah145. وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَن تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللهِ Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah Yakni dengan qadha dan qadar dari Allah. كِتٰبًا مُّؤَجَّلًا ۗ sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya Yakni Allah telah menuliskan kematian atas seluruh jiwa dengan batas waktu yang tidak dapat dipercepat maupun diundur. وَمَن يُرِدْ Barang siapa menghendaki Yakni dengan beramal untuk itu. ثَوَابَ الدُّنْيَا pahala dunia Seperti ghanimah rampasan perang dan yang lainnya. نُؤْتِهِۦ مِنْهَا niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu Yakni dari pahala tersebut. وَمَن يُرِدْ dan barang siapa menghendaki Yakni dengan beramal untuk itu. ثَوَابَ الْاٰخِرَةِ pahala akhirat Yakni berupa surga. Maka Kami akan berikan pula pahala tersebut, bahkan kami akan melipat gandakan kebaikannya dengan kelipatan yang banyak. وَسَنَجْزِى الشّٰكِرِينَDan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur Yakni bersyukur dengan menjalankan apa yang Kami perintahkan seperti pergi berperang dan bersabar. Dari Ali bin Abi Thalib ia berkata orang-orang yang bersyukur yang senantiasa teguh diatas agama mereka adalah Abu Bakar Ash Shiddiq dan para sahabatnya. Dan Ali bin Abi Thalib juga berkata Abu Bakar adalah pemimpin orang-orang yang bersyukur, yakni karena keteguhan diatas agamanya setelah wafatnya Rasulullah dan karena ia memerangi orang-orang yang murtad.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah145 Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin dan ketetapan Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia seperti ghanimah dan lainnya, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, yaitu surga maka Kami berikan pula kepadanya pahala akhirat itu dengan berlipat-lipat kebaikannya. Dan kami akan memberi balasan yang melimpah kepada orang-orang yang bersyukur. Yaitu orang-orang yang tetap teguh dalam agama mereka dan taat kepada perintah Tuhan-nya dengan berperang dan sabar.📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam MadinahSeseorang tidak akan mati} tidak mungkin bagi seseorang untuk mati {kecuali dengan izin Allah} kecuali dengan keputusan dan kuasa Allah {sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya} Dia menetapkan kematian dengan ketetapan yang ditentukan waktunya, waktu yang sudah ditentukan tidak bisa dimajukan tidak pula diakhirkan {Siapa saja yang menghendaki pahala dunia, maka Kami berikan} berikan {kepadanya pahala itu dan siapa yang menghendaki pahala akhirat, maka Kami berikan pula kepadanya pahala itu. Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukurMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H145. kemudian Allah memberitakan bahwasanya seluruh jiwa terkait dengan ajal yang telah ditentukan untuknya dengan izin Allah, qadha dan qadarNya. karena itu, barang siapa yang ditentukan qadhanya untuk meninggal, niscaya mereka akan meninggal, walaupun tanpa ada sebabnya. Dan barang siapa yang di kehendaki hidup walaupun tertimpa oleh sebab-sebab yang memudaratkan jiwanya, niscaya tidak akan membinasakannya sebelum ajalnya tiba. itu karena Allah telah menetapkan qadha dan qadar dan menulisnya hingga waktu yang ditentukan. "Apabila ajal mereka telah tiba, niscaya tidak dapat di tunda sesaatpun dan tidak pula di majukan." Kemudian Allah memberitakan bahwasanya Dia memberikan pahala dunia dan akhirat kepada manusia selama keinginan mereka tertuju kepada hal itu seraya berfirman, “Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, niscaya Kami berikan pula kepadanya pahala akhirat itu.” Allah berfirman, "Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian yang lain. Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya." -Al-Isra20-21- “Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” Allah tidak menyebutkan “balasan mereka, ” hal ini menunjukkan atas banyak dan agungnya balasan itu, dan agar diketahui bahwa balasan itu menurut kadar syukur yang dilakukan; sedikit-banyaknya maupun mutunya.📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-SyawiSurat Ali Imran ayat 145 Dan tidak ada satu pun jiwa yang mati melainkan dengan izin Allah tulisan yang ditentukan temponya; dan barangsiapa mau ganjaran dunia, Kami akan beri kepadanya daripada ganjaran dunia itu; dan barangsiapa mau ganjaran Akhirat, Kami akan beri kepadanya daripada ganjaran Akhirat itu; dan Kami akan balas mereka yang bersyukur.📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, dengan qadhaa'-Nya. Tidak maju dan tidak mundur. Oleh karena itu, mengapa kalian malah mundur? Padahal mundur tidak menolak kematian dan tetapnya kalian bersabar pun tidak mengakhiri kehidupan. Dengan demikian, kalau seseorang ditaqdirkan akan mati, maka ia akan mati walau pun tanpa sebab dan kalau pun seseorang diancam mati atau ada usaha dari orang lain untuk membunuhnya, maka dia tidak akan mati sampai tiba ajalnya. Tidak disebutkan balasannya karena banyak dan besarnya balasan, dan bahwa balasan akan diberikan sesuai tingkat syukur seseorang; sedikit atau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Ali Imran Ayat 145Sebagian pasukan muslim lari dari medan perang uhud karena takut mati. Mereka lupa bahwa setiap yang bernyawa tidak akan mati dengan sebab apa pun kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya sehingga tidak bisa disegerakan dengan tetap bertahan dalam medan pertempuran atau ditunda dengan meninggalkan medan perang. Barang siapa berperang dan berusaha karena menghendaki pahala dunia, niscaya kami berikan kepadanya sebagian pahala dunia itu bagi siapa yang kami kehendaki, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, kami berikan pula kepadanya pahala akhirat itu sebagai anugerah kami atas syukur mereka yang telah menggunakan nikmat kami sebagaimana seharusnya, dan pasti kami akan memberi balasan kebaikan kepada orang-orang yang bersyukur lihat surah al-isra''/17 18-19 ayat ini masih berisi kritikan terhadap pasukan islam yang tidak taat kepada perintah rasulullah dalam perang uhud dengan memaparkan keadaan nabi dan umat terdahulu. Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikutnya yang bertakwa juga terluka dan terbunuh. Tetapi mereka, yakni para pengikut nabi tersebut, tidak menjadi lemah kondisi fisiknya karena bencana kekalahan yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak pula menyerah kepada musuh dengan meminta perlindungan kepada mereka. Dan Allah mencintai, serta memberi anugerah kepada orang-orang yang sabar dalam menjalankan kewajiban dan menghadapi dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Demikian aneka ragam penjabaran dari para pakar tafsir berkaitan kandungan dan arti surat Ali Imran ayat 145 arab-latin dan artinya, semoga membawa manfaat untuk kita semua. Sokonglah syi'ar kami dengan memberi backlink ke halaman ini atau ke halaman depan Bacaan Cukup Banyak Dilihat Terdapat banyak konten yang cukup banyak dilihat, seperti surat/ayat Al-Falaq, Al-Qadr, Seribu Dinar, Al-A’la, Al-Hujurat 13, Adh-Dhuha. Serta Al-Fatihah, Yusuf 28, An-Naba, Al-Isra 32, Do’a Setelah Adzan, Al-Kafirun. Al-FalaqAl-QadrSeribu DinarAl-A’laAl-Hujurat 13Adh-DhuhaAl-FatihahYusuf 28An-NabaAl-Isra 32Do’a Setelah AdzanAl-Kafirun Pencarian al baqarah ayat 219, al anbiya ayat 107, 3 ayat terakhir surah al baqarah, surat al alaq ayat 1-5, yunus 40-41 Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah
Dari Wikiquote bahasa Indonesia, koleksi kutipan ini merupakan daftar peribahasa kiasan, pepatah, dsb. dalam Bahasa Indonesia. Daftar isi A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A[sunting] "Abu saja tak hinggap." "Acap berulang, yang jauh jadi dekat." "Ada aku dipandang hadap, tiada aku dipandang belakang." "Ada asap ada api." "Ada batang mati, ada cendawan tumbuh." "Ada bunga ada lebah." "Ada gula ada semut." "Ada nyawa ada rezeki." "Ada nyawa, nyawa ikan." "Ada padang ada belalang." "Ada sama dimakan, tak ada sama ditahan." "Ada uang abang sayang, tak ada uang abang melayang." "Ada ubi ada talas, ada budi ada balas." "Ada udang di balik batu." "Ada umur ada rezeki." "Ada sampan hendak berenang." "Adakah air dalam tong itu berkocak, melainkan air yang setengah tong itu juga yang berkocak." "Adakah dari telaga yang jernih mengalir air yang keruh." "Adakah duri dipertajam." "Adapun manikam itu jikalau jatuh ke dalam lumpur sekalipun, niscaya tiada akan hilang cahayanya." "Adat air cair, adat api panas." "Adat ayam ke lesung, adat itik ke pelimbahan." "Adat bersendi syarak, syarak bersendi adat." "Adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah." "Adat diisi lembaga dituang." "Adat dunia balas-membalas, syariat palu-memalu." "Adat gajah terdorong." "Adat gunung tempatan kabut." "Adat hidup tolong-menolong, syariat palu-memalu." "Adat juara kalah menang, adat saudagar laba rugi." "Adat lama pusaka usang." "Adat menyabung, adat gelanggang." "Adat muda menanggung rindu, adat tua menahan ragam." "Adat negeri memagar negeri, adat berkampung memagar kampung." "Adat pasang berturun naik." "Adat periuk berkerat, adat lesung berdedak." "Adat rimba raya, siapa berani ditaati." "Adat sepanjang jalan, cupak sepanjang betung." "Adat teluk timbunan kapal, adat gunung tepatan kabut." "Air beriak tanda tak dalam." "Air besar batu bersibak." "Air cucuran jatuhnya ke pelimbahan juga." "Air di daun talas." "Air diminum serasa duri." "Air ditetak takkan putus." "Air jernih ikannya jinak." "Air laut asin sendiri." "Air laut ada pasang dan surutnya." "Air mata jatuh ke perut." "Air orang disauk, ranting orang dipatah, adat orang diturut." "Air pun ada pasang surutnya." "Air sama air kelak menjadi satu, sampah itu ke tepi juga." "Air sudah keruh dari hulunya." "Air susu dibalas dengan air tuba." "Air tenang menghanyutkan." "Air tenang jangan disangka tiada buayanya." "Air udik sungai semua teluk diranai." "Air yang dingin juga yang memadami api." "Air yang tenang jangan disangka tak berbuaya." "Akal akar berpulas tak patah." "Akal tak sekali tiba, runding tak sekali datang." "Akal singkat pendapat kurang." "Alah bisa karena biasa." "Alah limau oleh benalu." "Alah membeli menang memakai." "Alah sabung menang sorak." "Alamat biduk akan karam." "Alang berjawab, tepuk berbalas." "Alur bertempuh jalan berturut." "Anak anjing bolehkah menjadi anak musang jebat." "Anak cantik, menantu molek." "Anak dipangku dilepaskan, beruk di rimba disusukan." "Anak dipangku, kemenakan keponakan dibimbing." "Anak harimau tidak akan jadi anak kambing." "Anak kunci jahat, peti durhaka." "Anak panah kalau sudah terlepas dari busurnya tidak dapat kembali lagi." "Anak polah bapa kepradah." "Anak seorang, penaka tidak." "Angan-angan menerawang langit." "Angan-angan mengikat tubuh." "Angan lalu paham tertumbuk." "Angin tak dapat ditangkap, asap tak dapat digenggam." "Angin yang berputar, ombak yang bersabung." "Angin bertiup layar terkembang." "Angkuh terbawa, tampan tinggal." "Anjing diberi makan nasi, bilakah kenyang." "Anjing ditepuk, menjungkit ekor." "Anjing galak, berani babi." "Anjing menggongong, kafilah berlalu." "Anjing mengulangi bangkai." "Anjing menyalak takkan menggigit." "Antah berkumpul sama antah, beras sama beras." "Apa yang ditanam itulah yang tumbuh." "Apa yang ditabur itulah yang tuai'" "Api kecil baik padam." "Api padam puntung berasap." "Api padam puntung hanyut." "Arang habis besi binasa." "Arang itu jikalau dibasuh dengan air mawar sekalipun tidak akan putih." "Arang tersapu dimuka." "Asal ada, kecil pun pada." "Asal ayam ke lesung, asal itik ke pelimbahan." "Asal insang, ikanlah." "Asam di gunung garam di laut bertemu dalam satu belanga." "Atap ijuk perabung timah." "Atap ijuk perabung upih." "Awak kalah gelanggang usai." "Awak rendah sangkutan tinggi." "Awak sakit daging menimbun, sakit kepala panjang rambut." "Ayam berinduk, sirih berjunjung." "Ayam bertelur di atas padi mati kelaparan." "Ayam ditambat disambar elang." "Ayam hitam terbang malam." "Ayam itik raja pada tempatnya." "Ayam lepas tangan bercirit." "Ayam menang kampung tergadai." "Ayam putih terbang siang." Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z B[sunting] "Badai pasti berlalu." "Badak makan anaknya." "Bagai anak ayam kehilangan induk." "Bagai air dengan minyak." "Bagai air di daun talas." "Bagai air ditarik sungsang." "Bagai air titik ke batu." "Bagai alu pencungkil duri." "Bagai anjing beranak enam." "Bagai anjing melintang denai." "Bagai anjing menyalak di ekor gajah." "Bagai api dengan asap." "Bagai api dengan rabuk." "Bagai aur dengan tebing." "Bagai aur di atas bukit." "Bagai ayam bertelur di padi." "Bagai ayam dibawa ke lampok." "Bagai ayam lepas bertaji." "Bagai bara dalam sekam." "Bagai babi merasa gulai." "Bagai beliung dengan asahan." "Bagai belut digetil ekor." "Bagai bertanak di kuali." "Bagai beruk kena ipuh." "Bagai bulan dengan matahari." "Bagai bulan kesiangan." "Bagai bumi dan langit." "Bagai cendawan dibasuh." "Bagai denai gajah lalu." "Bagai diiris dengan sembilu." "Bagai duri dalam daging." "Bagai garam jatuh ke air." "Bagai getah dibawa ke semak." "Bagai hujan jatuh ke pasir." "Bagai inai dengan kuku." "Bagai jampuk kesiangan." "Bagai kacang lupa akan kulitnya." "Bagai kambing dihela ke air." "Bagai kambing harga dua kupang." "Bagai katak dalam tempurung." "Bagai keluang bebar petang." "Bagai kena jelatang." "Bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau." "Bagai kerbau dicocok hidung." "Bagai kucing dengan panggang." "Bagai kucing dibawakan lidi." "Bagai kucing menjemput api." "Bagai kucing tak bermisai." "Bagai kucing tidur dibantal." "Bagai kuku dengan daging." "Bagai kura dengan isi." "Bagai makan buah simalakama." "Bagai makan buah simalakama, dimakan ibu mati, tak dimakan ayah mati." "Bagai melepaskan anjing terjepit." "Bagai melihat asam." "Bagai membandarkan air ke bukit." "Bagai meminum air bercacing." "Bagai menampung air dengan limas pesuk." "Bagai mencari belalang di atas akar." "Bagai mencincang air." "Bagai mendapat durian runtuh." "Bagai mendapat gunung intan." "Bagai menggantang anak ayam." "Bagai mentimun dengan durian." "Bagai musang berbulu ayam." "Bagai musuh dalam selimut." "Bagai orang kena miang." "Bagai padi makin berisi makin merunduk." "Bagai pagar makan tanaman." "Bagai pelanduk di cerang rimba." "Bagai pelita yang kehabisan minyak." "Bagai petir di siang bolong." "Bagai pinang dibelah dua." "Bagai pintu tak berpasak, perahu tak berkemudi." "Bagai pungguk merindukan bulan." "Bagai roda berputar." "Bagai sekam dimakan api." "Bagai semang kehilangan induk." "Bagai tanduk diberkas." "Bagai telur di ujung tanduk." "Bagaimana biduk, bagaimana pengayuh." "Bagaimana bunyi gendang, begitulah tepuk tarinya." "Bagaimana hari takkan hujan, katak betung berteriak selalu." "Bahasa menunjukkan bangsa." "Baik rupa sepemandangan, baik bunyi sepemandangan." "Bajak lalu ditanah yang lembut." "Bajak sudah terdorong ke bancah." "Baji dahan pembelah batang." "Baju indah dari balai, tiba di rumah menyarungkan." "Bak tengguli ditukar cuka." "Bakar air ambil abunya." "Bakar tak berapi." "Bakar tak berbau." "Bakar tak hangus." "Barang siapa yang berketuk, dialah yang bertelur." "Barang tergenggam jatuh terlepas." "Baru beranjur sudah bertarung." "Batu bulat tak bersanding." "Batu di pulau tiada berkajang." "Batu kecil berguling naik, batu besar berguling turun." "Bau busuk tidak berbangkai." "Bayang-bayang sepanjang badan." "Bayang-bayang sepanjang tubuh, selimut sepanjang badan." "Bayang-bayang tidak sepanjang badan." "Beban berat, senggulung batu." "Becabang bak lidah biawak." "Belajar di yang pintar, berguru di yang pandai." "Belakang parang pun kalau diasah akan tajam." "Belalang dapat menuai." "Belalang hendak jadi elang." "Belikar sudah menjadi rimba." "Belum beranak sudah ditimang." "Belum bergigi hendak mengunyah." "Belum bertaji hendak berkokok." "Belum diajun sudah tertarung." "Belum dipanjat asap kemenyan." "Belum disuruh sudah pergi, belum dipanggil sudah datang." "Belum merangkak sudah belajar lari." "Belum tahu akan pedas lada." "Belum tentu, ayam masih disabung." "Belum tentu si upik si buyungnya." "Bengkok sedikit tak terluruskan." "Benih yang baik tak memilih tanah." "Beraja dihati bersutan dimata." "Berakal ke lutut, berontak ke empu kaki." "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian." "Beranak kandung beranak tiri." "Beranak menurut kata bidan." "Beranak tidak berbidan." "Berani karena benar, takut karena salah." "Berapa berat mata memandang, berat jugalah bahu memikul." "Berarak tiada berlari." "Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing." "Berbau bagai embacang." "Berbelok kucing main daun." "Berbenak ke empu kaki." "Berdawat biar hitam." "Berdiang di abu dingin." "Bergantung tiada bertali, bersalai tiada api." "Bergantung pada akar lapuk." "Bergantung pada tali rapuh." "Bergaduk-gaduk diri, saku-saku diterbangkan angin." "Berguru dulu sebelum bergurau." "Berguru ke padang datar, dapat rusa belang kaki." "Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi." "Berhakim kepada beruk." "Berjagung-jagung sementara padi masak." "Berjalan pelihara kaki, berkata pelihara lidah." "Berjenjang naik, bertangga turun." "Berkelahi dalam mimpi." "Berkelahi dengan perigi akhirnya mati dahaga." "Berkepanjangan bagai agam." "Berkerat rotan berpatah arang." "Berkering air ludah." "Berlayar bernakhoda, berjalan bernan-tua." "Bermain air basah, bermain api terbakar." "Berniaga di ujung lidah." "Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian." "Bersama bukan berarti bersatu." "Bersatu bukan berarti melebur." "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh." "Bersesapan belukar." "Bersua beliung dengan sangkal." "Bersuluh menjemput api." "Bertampuk boleh dijinjing, bertali boleh dieret." "Bertanam tebu di bibir." "Bertangkai boleh dijinjing." "Berteduh di bawah petung." "Bertemu beliung dengan ruyung." "Bertukar beruk dengan cigak." "Besar berudu di kubangan, besar buaya di lautan." "Besar hendak melandak, panjang hendak melindih." "Besar kapal besar pula gelombangnya." "Besar kayu, besar bahannya." "Besar lungkus tak berisi." "Besar pasak daripada tiang." "Besi baik tiada berkarat." "Betung bulat tak bersegi, pipit jantan tak bersarang." "Betung ditanam, aur tumbuh." "Biar alah sabung asalkan menang sosok." "Biar badan penat asal hati suka." "Biar buruk kain dipakai, asal pandai mengambil hati." "Biar dahi berlumpur asal tanduk mengena." "Biar kalah sabung asalkan menang sorak." "Biar lambat asal selamat." "Biar jatuh terletak, jangan jatuh terempas." "Biarlah buruk, hatinya kasih." "Biarlah kepala berlumpur asal tanduk makan." "Biarpun kucing naik haji, pulang-pulang mengeong juga." "Bibir saya bukan diretak panas." "Biduk kalau tidak berkemudi, bagaimana ia akan laju." "Biduk lalu kiambang bertaut." "Biduk upih, pengayuh bilah." "Binatang tahan palu, manusia tahan kias." "Bintang di langit boleh dibilang, tetapi arang di muka tak sadar." "Bodoh-bodoh sepat, tak makan pancing emas." "Bondong air, bondong ikan." "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya." "Buah masak tergantung tinggi, hendak diambil galah tak sampai." "Buah yang manis berulat di dalamnya." "Bujur lalu lintah patah." "Bukan air muara yang ditimba, sudah disauk dari hulunya." "Bukan biji tak mau tumbuh, tapi bumi tak mau terima." "Bulan naik matahari naik." "Bulan terang dihutan." "Bumi berputar, zaman beredar." "Bumi mana yang tiada kena hujan." "Bunga yang harum itu ada durinya." "Bungkal gelap menahan coba." "Bungkuk kail hendak mengena." "Bungkuk sejengkal tidak terkedang." "Buruk baik tiada bercerai." "Buruk-buruk bak embacang." "Buruk dibuang dengan rundingan, baik ditarik dengan mufakat." "Buruk muka cermin dibelah." "Buruk perahu, buruk pangkalan." "Buruk tak tahu akan hinanya." "Burung terbang dipipiskan lada." "Busuk berbau, jatuh berdebuk." "Busuk-busuk embacang." Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z C[sunting] "Cabik-cabik bulu ayam." "Cacak bagai lembing tergadai." "Cacat-cacat cempedak, cacat-cacat nak hendak." "Cacing menjadi ular naga." "Cadik terkedik, bingung terjual." "Cakap berlauk-lauk, makan pakai sambal." "Cakap berlauk-lauk, telinga tidak bertindik." "Calak-calak ganti asah, menunggu tukang belum datang." "Cembul dapat ditutupinya." "Cencang dua segeragai." "Cencang jadi ukir." "Cencang putus, tusuk tembuk." "Cencarau makan pedang." "Cerdik perempuan melebuhkan, saudagar muda mengutangkan." "Cerdik tak membuang kawan, gemuk tak membuang lemak." "Cerdik terkedik, bingung terjual." "Cium tapak tangan, berbau atau tidak." "Coba-coba bertanam mumbang, siapa tahu jadi kelapa." "Condong menanti rebah." "Condong yang akan menimpa." "Condong yang akan menongkat, rebah yang akan menegakkan." "Cupak sepanjang betung, adat sepanjang jalan." Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z D[sunting] "Daging menimbun, awak kurus." "Dagu bagai lebah bergantung." "Dahan pembaji batang." "Dahulu bajak daripada jawi." "Dahulu bajak daripada sapi." "Dahulu buah daripada bunga." "Dahulu duduk daripada cangkung." "Dahulu elang pulau, kini telah menjadi burung punguk." "Dahulu intan sekarang jadi batu Belanda." "Dahulu timah sekarang besi." "Dalam gedung membuat gedung." "Dalam lautan bisa diduga, dalam hati siapa tahu." "Dalam madu berisi empedu." "Dangkal telah keseberangan, dalam telah keajukan." "Dapat durian runtuh." "Dapur tidak berasap." "Darah baru setampuk pinang." "Daripada hidup berputih mata, lebih baik mati berputih tulang." "Daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri." "Datang tampak muka, pulang tampak punggung." "Datang tidak berjemput, pulang tidak berantar." "Datar bagai lantai papan, licin bagai dinding cermin." "Daunnya jatuh melayang, buahnya jatuh ke pangkal." "Daun keladi dimandikan." "Daun nipah dikatakan daun labu." "Dedab di bawah cengkering." "Dekat berjalan banyak dilihat." "Dekat mencari induk, jauh mencari suku." "Dekat tak tercapai, jauh tak berantara." "Delapan tapak bayang-bayang." "Demam-demam puyuh." "Dengan gampangnya mementahkan kata." "Deras bagai anak panah." "Deras datang, deras kena." "Diam di bandar tak meniru, diam di laut asin tidak." "Diam-diam penggali berkarat, diam-diam ubi berisi." "Diam emas, bicara perak." "Dianjak layu, dibubut mati." "Di alas bagai memengat." "Di atas angin." "Di atas langit masih ada langit." "Di bawah kasur ada duit." "Di laut angkatan, di darat kerapatan." "Di laut jadi buaya, di darat jadi harimau rimba." "Di luar berkilat, di dalam berengga." "Di mana buah masak, di situ buah tampil." "Diberi kuku hendak mencengkam." "Diberi sehasta hendak sedepa." "Dibilang genap, dipagar ganjil." "Dibuat karena alah, menjadi murka karena alah." "Diganjur surut bagai bertanam." "Digantung tak bertali." "Digenggam takut mati, dilepaskan takut terbang." "Digila beruk berayun." "Diindang ditampi teras, dipilih antah satu-satu." "Diindang tidak berantah." "Di mana ada kemauan, di sana ada jalan." "Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung." "Di mana tak ada lang, akulah lang, kata belalang." "Di mana tembilang terentak, di situ cendawan tumbuh." "Dikasih hati minta jantung." "Dikati sama berat, diuji sama merah." "Dimandikan dengan air segeluk." "Dinding sampai ke langit, empang sampai ke seberang." "Dinding teretas, tangga terpasang." "Di rumah beraja-raja, di hutan berberuk-beruk." "Disisih sebagai antah." "Dua kali pisang berbuah." "Duduk berkisar, tegak berpaling." "Duduk meraut ranjau, tegak meninjau jarah." "Duduk sama rendah, tegak sama tinggi." "Duduk seperti kucing, melompat seperti harimau." "Dunia tak selebar daun kelor." "Dusta yang diucapkan seribu kali adalah kebenaran." Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z E[sunting] "Elok berarak di hari panas." "Embacang buruk kulit." "Emping terserak, hari hujan." "Enak lauk dikunyah-kunyah, enak kata diperkatakan." "Enau mencari memanjat sigai." "Enau sebatang dua sigainya." "Enggang lalu, atal jatuh, anak raja mati ditimpanya." "Enggang sama enggang, pipit sama pipit." "Esa hilang, dua terbilang." Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z F[sunting] "Fajar menyingsing, elang menyongsong" Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z G[sunting] "Gabak di hulu tanda akan hujan." "Gajah bertarung sama gajah, pelanduk mati di tengah-tengah." "Gajah derum tengah rumah." "Gajah di pelupuk mata tidak tampak, kuman di seberang lautan tampak" "Gajah dialahkan oleh pelanduk." "Gajah ditelan ular lidi." "Gajah mati karena gadingnya." "Gajah mati tinggalkan gading, harimau mati tinggalkan belang." "Gajah mati tulang setimbun." "Gali lubang, tutup lubang." "Gayung bersambut, kata berjawab." "Geleng bukan, angguk ia." "Geleng serupa cupak hanyut." "Genting menanti putus, biang menanti tembuk." "Gerhana pasti berlalu." "Getah terbangkit kuaran tiba." "Getikkan puru dibibir." "Gila di abun." "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari." Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z H[sunting] "Habis adat dengan kerelaan, hilang adat tegal mufakat." "Habis beralur, maka beralu-alu." "Habis manis sepah dibuang." "Hafal kaji karena diulang, pasar jalan karena ditempuh." "Hampa berat menjadi sekam." "Hancur badan dikandung tanah, budi baik terkenang jua." "Harap akan anak buta mata sebelah, harap akan teman buta mata keduanya." "Harap pada yang ada, cemas pada yang tidak ada." "Harapkan burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan." "Harapkan guntur di langit, air di tempayan dicurahkan." "Harimau mengaum takkan menangkap." "Hari pagi dikejar-kejar, hari petang dibuang-buang." "Harum menghilangkan bau." "Harum seperti malaikat lalu." "Hasrat hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai." "Hati bagai baling-baling." "Hati gajah sama dilapah, hati tungau sama dicecah." "Hati gatal, mata digaruk." "Hemat pangkal kaya." "Hendak air pancuran terbit." "Hendak menangguk ikan, tertangguk pada batang." "Hendak ulam, pucuk menjulai." "Hidung dicium pipi digigit." "Hidup dikandung adat, mati dikandung tanah." "Hidup enggan mati tak mau." "Hidup seperti anjing dengan kucing." "Hidup seperti umang-umang." "Hidup tolong-menolong, sandar-menyandar." "Hilang adat, tegal bermufakat." "Hilang di mata di hati jangan." "Hilang geli oleh gelitik, hilang bisa oleh biasa." "Hitam di atas putih." "Hujan berpohon, panas berasal." "Hujan tak sekali jatuh, simpai tak sekali erat." "Hujan turun, kambing lari." "Hulu malang pangkal celaka." Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z I[sunting] "Ijuk selembang, tali di situ, keluan di situ." "Ijuk tidak bersagar, lurah tidak berbatu." "Ikan bergantung, kucing tunggu." "Ikan biar dapat, serampang jangan pukah." "Ikan terkilat jala tiba." "Ikut hati mati, ikut rasa binasa." "Ilmu pengetahuan adalah kekuatan." "Ilmu padi, makin berisi, makin merunduk." "Inai tertepung, kuku tanggal." "Ingin hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai." "Isi lemak dapat ke orang, tulang bulu pulang ke kita." "Itik diajar berenang." Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z J[sunting] "Jadi abu arang." "Jadilah orang pandai bagai padi yang merunduk." "Jagung tua tak hendak masak." "Jalan diasak orang menggalas." "Jalan mati lagi dicoba, ini pula jalan binasa." "Jalan raya titian batu." "Jangan didengarkan siul ular." "Jangat liat kurang panggang." "Janji sampai, sukatan penuh." "Jatuh ke tilam empuk." "Jauh berjalan banyak dilihat, lama hidup banyak dirasai." "Jauh di mata, dekat di hati." "Jauh di mata, jauh di hati." "Jauh panggang dari api." "Jauh bau bunga, dekat bau bangkai." "Jawi hitam banyak tingkah." "Jelatang di hulu air." "Jemuran terkekar, ayam tiba." "Jerat halus kelindan sutera." "Jerat serupa jerami." "Jerih menentang laba." "Jika air orang disauk, ranting orang dipatah, adat orang diturut." "Jika keruh dihulu, tak dapat tidak dihilir keruh juga." "Jika tak ada rotan, akar pun berguna." "Jika takut dilanggar batang, jangan duduk di kepala pulau." "Jika takut dilimbur pasang, jangan berumah di tepi pantai." "Jika tangan kanan memberi, sebaiknya tangan kiri tidak mengetahui." "Jinak-jinak merpati, sudah dekat terbanglah dia." "Jual emas beli intan." "Jung pecah hiu kenyang." "Jung satu nakhoda dua." Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z K[sunting] "Kacang lupa kulitnya." "Kail sebentuk, umpan seekor, sekali putus sehari hanyut." "Kail sejengkal janganlah menduga dalam lautan." "Kain basah kering di pinggang." "Kain dalam acar dikutip cuci ia hendak ke longkang lagi." "Kain ditangkap maka duduk." "Kain lama dicampak buang, kain baru pula dicari." "Kain pendinding miang, uang pendinding malu." "Kaki naik kepala turun." "Kaki tertarung inai padahannya, mulut terdorong emas padahannya." "Kalah jadi abu, menang jadi arang." "Kalah membeli, menang memakai." "Kalau di hutan tak ada singa, beruk rabun bisa menjadi raja." "Kalau kail panjang sejengkal, jangan laut hendak diduga." "Kalau kaki sudah terlangkahkan, pantang dihela surut." "Kalau kena tampar, biar dengan tangan yang bercincin." "Kalau kena tendang, biar dengan kaki yang berkasut." "Kalau mandi biarlah basah." "Kalau padi yang ditanam, rumput ikut tumbuh; Kalau rumput yang ditanam, padi tak akan ikut tumbuh." "Kalau pandai mencencang akar, mati lalu ke puncaknya." "Kalau sorak dahulu daripada tohok, tidak mati babi." "Kalau tak ada angin bertiup, takkan pokok bergoyang." "Kalau tak ingin terlimbur pasang, jangan berumah di tepi laut." "Kalau tidak berada-ada takkan tempua bersarang rendah." "Kapal besar ditunda jongkong." "Kapal satu nakhoda dua." "Karam berdua, basah seorang." "Karam di laut boleh ditimba, karam di hati bilakah sudah." "Karam sambal oleh belacan." "Karena mata buta, karena hati mati." "Karena mulut badan binasa." "Karena nila setitik, rusak susu sebelanga." "Karung tak berisi tak dapat ditegakkan." "Kasih anak dipertangis, kasih di bini ditinggal-tinggalkan." "Kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan." "Kata banyak, kata bergalau." "Kata dahulu bertepati, kata kemudian kata bercari." "Kata raja melimpahkan, kata penghulu menyelesaikan." "Kayu besar di tengah padang." "Ke bawah tidak berurat, ke atas tidak berpucuk, di tengah-tengah ditebuk kumbang." "Ke gunung sama mendaki, ke lurah sama menurun." "Ke gunung tak dapat angin." "Kebaikan akan mendapat balasan kebaikan, kejahatan akan mendapat balasan setimpal pula." "Kebesaran air." "Kecil bernama, besar bergelar." "Kecil dikandung ibu, besar dikandung adat, mati dikandung tanah." "Kecil-kecil anak, sudah besar menjadi onak." "Kecil-kecil cabai rawit." "Kecil-kecil lada padi." "Kecil tapak tangan, nyiru saya tadahkan." "Kecil teranja-anja besar terbawa-bawa, tua berubah tidak." "Kecubung berulam ganja." "Kecundang lebih bagai kebaji." "Ke hulu menongkah surut, ke hilir menongkah pasang." "Kejujuran adalah abadi, kebohongan akan berubah selamanya." "Kejujuran bertahan sangat lama." "Kelekatu hendak terbang ke langit." "Keluar mulut harimau, masuk mulut buaya." "Kena tendang biarlah dengan kaki berkasut, kena tampar biarlah dengan jari yang bercincin." "Ke mana angin deras, ke situ condongnya." "Kemarau setahun dihapuskan hujan sehari." "Kepala boleh panas, tetapi hati harus tetap dingin." "Kepala sama hitam, isi hati siapa tahu." "Ketika ada sama dimakan, waktu tak ada sama ditahan." "Ketika ada jangan dimakan, telah habis maka dimakan." "Ketika gagak putih, bangau hitam." "Kilat cermin sudah ke muka, kilat beliung sudah ke kaki." "Kuah tercucur ke nasi, nasi akan dimakan juga." "Kuat ikan karena insang, kuat burung karena sayap." "Kunyah dahulu maka telan." "Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu." Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z L[sunting] "Lain dimulut lain di hati." "Lain biduk kalang diletak." "Lain biduk, lain digalang." "Lain gatal, lain yang digaruk." "Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya." "Laki pulang kelaparan, dagang lalu ditanakkan." "Laksana kera dapat bunga." "Laksana apung-apung di tengah laut, dipukul ombak hanyut ke tepi." "Laksana garam dengan asam." "Lalu jarum, lalu kelindan." "Lancar kaji karena diulang, lancar jalan karena ditempuh." "Lebih baik mati berkalang tanah, dari pada hidup bercermin bangkai." "Lebih baik satu burung di tangan dari pada sepuluh burung di pohon." "Lembah juga yang dituruti air." "Lembu dongkol hendak menyondol." "Lempar batu sembunyi tangan." "Lepas dari mulut harimau, masuk kedalam mulut buaya." "Lewat dari manis, masam; lewat dari harum, busuk." "Lidah bercabang bagai biawak." "Lidah lebih tajam daripada pedang." "Lidah tak bertulang." "Lonjak seperti labu dibenam." "Lubuk akal tepian ilmu." "Lubuk alam tepian bumi." "Luka boleh sembuh, parutnya tinggal juga." "Luka di kaki, sakit seluruh badan." "Luka di tangan karena pisau, luka di hati karena kata." "Lunak gigi daripada lidah." Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z M[sunting] "Main api hangus, main air basah." "Maju kena, mundur kena." "Majelis-majelis udang, tahi di kepala." "Makan bubur panas-panas." "Makan hati berulam jantung." "Makan upas berulam racun." "Makanan enggang takkan menjadi makanan pipit." "Makanan sudah tersedia, jamu belum juga datang." "Makin murah, makin ditawar." "Maksud bagai maksud manau." "Maksud hati memeluk gunung apa daya tangan tak sampai." "Malang bagai ayam, padi masak makan kehutan." "Malu berdayung hanyut serantau." "Malu bertanya, sesat di jalan." "Maling teriak maling." "Mana ada maling yang mengaku maling." "Mancit satu, gada seratus." "Mandi dengan air secupak." "Mandi di air kiambang, pelak lepas gatalpun datang." "Mandi sedirus." "Manikam sudah menjadi sekam." "Manis jangan lekas ditelan, pahit jangan lekas dimuntahkan." "Manusia merencanakan, Tuhan menentukan." "Manusia tertarik oleh tanah airnya, anjing tertarik oleh piringnya." "Mara jangan dipukat, rezeki jangan ditolak." "Masak diluar, mentah didalam." "Masak malam, mentah pagi." "Masakan ada ayam memantangkan jemuran." "Masuk kandang kambing mengembik, masuk kandang kerbau menguak." "Masuk tak genap, keluar tak ganjil." "Masuk tiga, keluar empat." "Matahari itu bolehlah ditutup dengan nyiru." "Mati anak berkalang bapak, mati bapak berkalang anak." "Mati dicatuk katak." "Mati enau tinggal di rimba." "Mati harimau karena belangnya, mati kesturi karena baunya." "Mati harimau meninggalkan belang, mati gajah meninggalkan gading." "Mati ikan karena umpan, mati saya karena budi." "Mati rusa karena jejaknya." "Mati rusa karena tanduknya." "Mati satu tumbuh seribu." "Mati seladang." "Mati takkan menyesal, luka takkan menyiuk." "Mati-mati berdawat biarlah hitam, mati-mati mandi biarlah basah." "Mati-mati minyak biarlah licin." "Melepaskan anjing terjepit." "Meletakkan api dibubungan." "Melihat pungguk di dahan, punai di tangan dilepaskan." "Memagar kelapa condong." "Memahat di dalam garis." "Memakan habis-habis, menyuruk hilang-hilang." "Memancing di air keruh." "Memandang sebelah mata." "Memang lidah tidak bertulang." "Memasukkan minyak ke api." "Membasuh muka dengan air liur." "Membawa garam ke laut." "Membeli kerbau bertuntun." "Membubuhkan arang dimuka orang." "Memikul diatas bahu." "Mempertajam sanding." "Menabur bijan ke tasik." "Menangguk di air keruh." "Menang jadi arang, kalah jadi abu." "Menahan jerat ditempat genting." "Menaikkan air ke gurun." "Menanak semua beras." "Menari di ladang orang." "Mencabik baju didada." "Mencabut harus dengan akar-akarnya." "Mencari jejak diair." "Mencari lantai terjungkat." "Mencari umbut di batu." "Mencari jarum di tumpukan jerami." "Mencari yang sehasta sejengkal." "Mencencang berlandasan, melompat bersitumpu." "Mencencang memampas, membunuh membangun." "Mencoreng arang di muka sendiri." "Mencubit paha sendiri barulah paha orang lain." "Mendapat pisang terkubak." "Menanti kucing bertanduk." "Menebas buluh serumpun." "Menepak nyamuk menjadi daki." "Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri." "Menerka ayam dalam telur." "Mengabui mata orang." "Mengadu nasib." "Mengadu tuntung jarum." "Mengadu petah lidah." "Mengadu ujung jarum." "Mengadu ujung penjahit." "Mengambil puntung pemukul kepala." "Menggantang anak ayam." "Menggantang asap." "Menggenggam erat, membuhul mati." "Menggenggam tak tiris." "Menggunting dalam lipatan." "Mengharap burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan." "Mengharapkan hujan turun, air di tempayan ditumpahkan." "Menghendaki kuda bertanduk." "Menjemur sementara hari panas." "Menjentik puru di bibir." "Menjilat ludah di lantai." "Menjilat air liur sendiri." "Menjerit bagai kucing biang." "Menjual petai hampa." "Menjunjung uban." "Melanting menuju tampuk." "Menuhuk kawan seiring menggunting dalam lipatan." "Menunggu ara hanyut." "Menunjukkan ilmu kepada orang menetek." "Menyelam sambil minum air." "Menyelam tertumus seperti babi." "Merajuk air diruang, hendak karam ditimba juga." "Merak mengigal di hutan." "Merdeka atau mati." "Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak." "Mulut bau madu, pantat bau sengat." "Mulut bicara, badan binasa." "Mulut kapuk dapat ditutup." "Mulut manis kucandan murah." "Mulut manis mematahkan tulang." "Mulut terdorong, emas tantangannya." "Mulutmu harimaumu." "Mumbang ditebuk tupai." "Mundur satu langkah, maju dua langkah." "Murah di mulut mahal di timbangan." "Musang berbulu ayam." "Musang terjun, lantai terjungkat." "Musuh dalam selimut." "Musuh jangan diadang, selisih jangan dicari." Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z N[sunting] "Nafas tak sampai ke hidung." "Nan lurah juga diturut air." "Nasi sama ditanak, kerak dimakan seorang." "Nasi sudah menjadi bubur." "Nasi tak dingin, pinggan tak retak." "Nasib sabut terapung, nasib batu tenggelam." "Neraca palingan bungkal, hati palingan Tuhan." "Neraca yang palingan, bungkal yang piawai." "Niat hati nak getah bayan, sudah tergetah burung serindit." "Nibung bangsai bertaruk muda." "Nila setitik rusak susu sebelanga." "Nyamuk mati gatal tak lepas." Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z O[sunting] "Obat jauh penyakit hampir." "Oleng seperti cupak hanyut." "Ombak yang bersabung, baru dikenal siapa kawan siapa lawan." "Ombak yang kecil jangan diabaikan." "Ombaknya kedengaran tapi pasirnya belum kelihatan." "Orang berdendang dipentasnya, orang beraja dihatinya." "Orang bersiselam, awak bertimba." "Orang haus diberi air, orang mengantuk disorongkan bantal." "Orang karam dilaut, awak karam didarat." "Orang kaya suka dimakan, orang elok selendang dunia." "Orang muda menanggung rindu, orang tua menanggung ragam." "Orang penggamang mati jatuh, orang pencemas mati hanyut." "Orang terpegang pada hulunya, kita terpegang pada matanya." "Orang yang runcing tanduk." Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z P[sunting] "Padi makin berisi semakin menunduk "Padi ditanam tumbuh lalang." "Padi masak, jagung mengupih." "Pahit jangan lekas dimuntahkan manis jangan lekas ditelan." "Panci mengatakan belanga hitam." "Panas mentari di kepala orang banyak, panas hati dirasa sendiri." "Panas mentari setahun, dihapuskan hujan sehari." "Pandai berminyak air." "Pandai-pandai meniti buih, selamat badan di seberang." "Panjang jalan karena di turut, besar jalan karena dilalui." "Parang gabus menjadi parang besi." "Patah lidah alamat kalah." "Patah tumbuh hilang berganti." "Patah tongkat, berjermang." "Payah dilamun ombak, tercapai juga tanah tepi." "Panas setahun dihabiskan hujan sehari." "Pecah menanti sebab, retak menanti belah." "Pecak boleh dilayangkan, bulat boleh digulingkan." "Pegang kepala, ekor tak berdaya." "Pejatian awak, pantangan orang." "Pekak-pekak badak." "Pelabur habis Palembang tak jauh." "Pelanduk ditengah cerang." "Pelanduk lupakan jerat, jerat tak melupakan pelanduk." "Pembuat periuk bertanak ditembikar." "Pena lebih tajam daripada pedang." "Pencegahan lebih baik daripada pengobatan." "Pepat di luar, rancung di dalam." "Perang habis pencak teringat." "Pesan berturuti, petaruh bertunggu." "Pisau senjata tidak bisa, mulut manusia bisa." "Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna." "Pikir itu pelita hati." "Pilin jering hendak berisi." "Pindah ke negeri cacing." "Pinjaman kayu ara." "Pipit berperang lawan garuda." "Pipit jantan tidak bersarang." "Pipit sama pipit, enggang sama enggang." "Pipit tuli makan dihujan, hendak dihalau kain basah, tidak dihalau padi habis." "Potong hidung rusak muka." "Potong kambing, nangka makan." "Pucuk bulat dalam negeri." "Pucuk dicinta ulam tiba." "Pucuk diremas dengan santan, urat direndam dengan tengguli, namun peria pahit juga." "Pucuk layu disiram hujan." "Pukat sudah terijuk." "Pukul anak sindir menantu." "Punggung parang pun jika diasah menjadi tajam." "Putih tapak lari." "Putus tali tempat bergantung, terban tanah tempat berpijak." Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z Q[sunting] "Qur'an adalah dasar hidup orang Minang" Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z R[sunting] "Rawe-rawe rantas malang-malang putung." "Racun diminum haram tak mabuk." "Raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah." "Rajin pangkal pandai." "Rasa air ke air, rasa minyak ke minyak." "Rebung tiada jauh dari rumpunnya." "Rekah tidak, rekat pukah." "Rendah gunung, tinggi harapan." "Rezeki musang tak akan didapat elang." "Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul." "Rumah besar perabung perak." "Rumah besar perabung upih." "Rumah sudah, tukul pahat berbunyi." "Rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri." "Rupa boleh diubah, tabiat dibawa mati." "Rupa harimau, hati tikus." "Rupa seperti pulut, bila dimasak berderai." "Rusak anak oleh menantu." "Rusak badan karena penyakit, rusak bangsa karena laku." Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z Kami menyabet dua penghargaan seni sekali tepuk dua nyamuk tumbang S[sunting] "Sabung selepas hari petang." "Sakit menimpa, sesal terlambat." "Salah bunuh memberi bangun, salah cencang memberi pampas." "Salah langkah surut kembali." "Salah makan memuntahkan, salah tarik mengembalikan." "Sambil berdendang biduk hilir." "Sambil berdiang nasi masak." "Sambil berlayar sambil menampan." "Sambil menyelam minum air." "Sambil menyuruk, galas lalu." "Sampan ada pengayuh tidak." "Sarak serasa hilang, bercerai serasa mati." "Satu sahabat sejati lebih berharga daripada seribu teman yang mementingkan diri sendiri" "Satu tangan menunjuk ke orang lain, tiga tangan menunjuk ke diri sendiri." "Satu orang makan nangka, semua kena getahnya." "Sawah berpematang, ladang berbintalak." "Sayang akan garam sececah, kerbau seekor dibusukkan." "Sayangkan anak tangan-tangani, sayangkan istri tinggal-tinggalkan." "Sayangkan kain, buangkan baju." "Sayang-sayang buah kepayang, dimakan mabuk dibuang sayang." "Seayun bagai berbuai." "Sebab buah dikenal pohonnya." "Sebagai abu di atas tanggul." "Sebagai anjing terpanggang ekor." "Sebagai gagak pulang ke benua." "Sebagai melihat asam." "Sebelum ajal berpantang mati." "Sebesar-besar bumi ditampar tak kena." "Sebingkah tanah terbalik, sebatang pohon rebah." "Seciap bagai ayam, sedencing bagai besi." "Sedepa jalan kemuka, setelempap jalan kebelakang." "Sedia payung sebelum hujan." "Sedikit bubur banyak sendoknya." "Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit." "Sedikit hujan banyak yang basah." "Seekor kerbau berkubang, semua kena lulutnya." "Segan bergalah, hanyut serantau." "Seguru, seilmu, jangan mengganggu." "Sehampir-hampir tepi kain, hampir juga tepi bebat." "Sehari selembar benang, lama-lama jadi sehelai kain." "Seidas bagai benang, sebentuk bagai cincin." "Seiring bertukar jalan." "Sejelek-jelek pemimpin pasti punya anak buah, sebaik-baik pemimpin pasti punya musuh." "Sejengkal jadi sehasta." "Sekali air besar, sekali tepian berubah." "Sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya." "Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang." "Sekali melempar batu, dua burung yang kena." "Sekali membuka pura, dua tiga utang terbayar." "Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui." "Sekali tepuk dua lalat." "Sekerat ular, sekerat belut." "Selama air hilir, selama gagak hitam." "Semut-semut selalu bekerja sama dalam segala kegiatan." "Sendok berdegar-degar, nasi habis budi dapat." "Sendok besar tak mengenyang." "Sendok dan periuk lagi berantuk." "Senjata makan tuan." "Seorang makan cempedak, semua kena getahnya." "Sepandai-pandai membungkus yang busuk berbau juga." "Sepandai-pandai tupai meloncat, jatuh juga." "Sepanjang-panjang tali tidak sepanjang mulut orang." "Sepasin dapat bersiang." "Seperti abu di atas tunggul." "Seperti air dengan kolam." "Seperti air di daun talas." "Seperti air pembasuh tangan." "Seperti anai-anai bubus." "Seperti anak ayam kehilangan induk." "Seperti anak sepat ketohoran." "Seperti anak yang baru dibedung." "Seperti anjing bercawat ekor." "Seperti anjing berebut tulang." "Seperti anjing berjumpa pasir." "Seperti anjing beroleh bangkai." "Seperti anjing dengan kucing." "Seperti anjing digosok kepala, menjungkit ekor." "Seperti anjing kedahuluan." "Seperti anjing mengunyah tulang." "Seperti anjing terpanggang ekor." "Seperti antah ditepi gantang, masuk tak genap keluar tak ganjil." "Seperti api dalam sekam." "Seperti api makan ladang kering." "Seperti aur ditarik sungsang." "Seperti ayam beranak itik." "Seperti ayam beroleh ubi." "Seperti ayam dimakan tungau." "Seperti ayam gadis bertelur." "Seperti ayam mengarang telur." "Seperti ayam pulang ke pautan." "Seperti ayam termakan rambut." "Seperti ayam, kais pagi makan pagi, kais petang makan petang." "Seperti bangau di ekor kerbau." "Seperti Belanda minta tanah." "Seperti belut jatuh ke lumpur." "Seperti tulis di atas air." "Seperti berdiang di abu dingin." "Seperti berjejak diatas bara." "Seperti berlindung di balik sehelai daun." "Seperti biduk dikayuh hilir." "Seperti birah tidak berurat." "Seperti birah tumbuh di tepi lesung." "Seperti bisai makan sepinggan." "Seperti buah masak seulas." "Seperti bujang jolong bekerja, gadis jolong bersubang." "Seperti bujang jolong berkeris." "Seperti buku gaharu." "Seperti bulan dipagar bintang." "Seperti bunga kembang setaman." "Seperti cacing kepanasan." "Seperti cendawan dimusim hujan." "Seperti Cina karam." "Seperti Cina kebakaran jenggot." "Seperti diiris-iris dengan sembilu." "Seperti disalak anjing bertuah." "Seperti ditempuh gajah lalu." "Seperti elang menyongsong angin." "Seperti emas yang baru diupam." "Seperti embun di atas daun." "Seperti embun di ujung rumput." "Seperti gergaji bermata dua." "Seperti gunting makan diujung." "Seperti harimau menyembunyikan kuku." "Seperti hujan balik kelangit." "Seperti ikan dalam air." "Seperti ikan dalam belanga." "Seperti itik mendengarkan guntur." "Seperti itik pulang petang." "Seperti jamur dimusim hujan." "Seperti janggut pulang ke dagu." "Seperti jentayu rindukan hujan." "Seperti katak dalam tempurung." "Seperti katak hendak jadi lembu." "Seperti kelapa sompong." "Seperti kerbau dicucuk hidung." "Seperti kucing lepas senja." "Seperti lalat mencari puru." "Seperti lipas kudung." "Seperti membakar lalang." "Seperti menampalkan kersik ke buluh." "Seperti menatang minyak penuh." "Seperti mendapat durian runtuh." "Seperti menggantang asap." "Seperti menggenggam bara, terasa hangat dilepaskan." "Seperti menghasta kain sarung." "Seperti menghela rambut ditepung, rambut tak putus, tepung tidak terserak." "Seperti meniup api diatas air." "Seperti negeri dialahkan garuda." "Seperti nyawa ayam." "Seperti orang buta baru melek." "Seperti orang buta kehilangan tongkat." "Seperti orang darat jolong menurun." "Seperti padi hampa, kepalanya mencongak." "Seperti pinang dibelah dua." "Seperti pinang pulang ke tampuknya." "Seperti pipit menelan jagung." "Seperti rusa masuk kampung." "Seperti sayur dengan rumput." "Seperti sayur tidak berbumbu." "Seperti seludang menolak mayang." "Seperti sirih pulang ke gagangnya." "Seperti talam dua muka." "Seperti telur di ujung tanduk." "Seperti tidak berjejak di bumi." "Seperti tikus jatuh ke beras." "Seperti udang dipanggang." "Seperti ular dicubit ekor." "Seperti ular kena palu." "Seperti unta menyerahkan diri." "Sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga." "Sepuluh batang bertindih yang di bawah juga yang kena." "Sepuluh jung masuk pelabuhan, anjing bercawat ekor jua." "Serigala berbulu domba." "Seringgit dua kupang." "Sesak alam tempat diam, tak berbumi tempat tegak." "Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna." "Sesat di ujung jalan surut ke pangkal jalan." "Sesat surit terlangkah kembali." "Sesayat sebelanga juga." "Sesungguhpun kawat yang dibentuk, ikan yang dilaut yang diadang." "Setajam-tajam pisau, masih lebih tajam lidah." "Setali tiga uang." "Setinggi-tinggi bola melambung, jatuhnya ke tanah jua." "Setinggi-tingginya bangau terbang, akhirnya ke pelimbahan juga." "Siang bermatahari, malam berbulan." "Siang berpanas, malam berembun." "Siapa berkotek, siapa bertelur." "Siapa cepat boleh dapat, siapa kemudian putih mata." "Siapa melompat, siapa patah." "Siapa yang kena cubit, itulah yang merasa sakit." "Siapa yang mau mengaku berak di tengah jalan." "Siapa yang menabur angin, akan menuai badai." "Siapa yang menggali lubang, akan terperosok lubang sendiri." "Sia-sia menggiring angin, terasa ada tertangkap tidak." "Sia-sia utang tumbuh." "Sidingin tampal di kepala." "Sigai sampai ke langit." "Silap mata, pecah kepala." "Sirih pulang ke gagang, pinang pulang ke tampuk." "Sudah beruban baru bergaum." "Sudah besar maka hendak melanda." "Sudah biasa makan emping." "Sudah busuk maka dipeda." "Sudah buta baru celik." "Sudah gaharu cendana pula, sudah tahu bertanya pula." "Sudah jadi abu arang." "Sudah jatuh, tertimpa tangga pula." "Sudah ketengah makan api." "Sudah makan baru bismillah." "Sudah masuk kedalam mulut harimau." "Sudah memakai adat." "Sudah seayun bagai berbuai." "Sudah tahu peria pahit." "Sudah terantuk baru tengadah." "Surga berada di telapak kaki ibu." "Susu di dada tak dapat dielakkan." Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z T[sunting] "Tak ada bunga mawar yang tiada berduri." "Tabuhan meminang anak laba-laba." "Tahan jerat sorong kepala." "Tahu asam garamnya." "Tahu di angin turun naik." "Tahu di angin berkisar." "Tahu makan, tahu simpan." "Tajam pisau karena diasah." "Tak ada api, masakan ada asap." "Tak ada gading yang tak retak." "Tak ada guruh bagi orang pekak, tak ada kilat bagi orang buta." "Tak ada rotan, akar pun jadi." "Tak ada tolak angsurnya." "Tak ada umpat yang membunuh, tak ada puji yang mengenjang." "Tak air hujan ditampung." "Tak air telang dipancung, tak emas bungkal diasah." "Tak berorang diair." "Tak bisa menari dikatakan lantai yang berjungkit." "Tak dapat tanduk, telinga dipulas." "Tak emas bungkal diasah." "Tak kayu jenjang dikeping." "Tak kenal maka tak sayang." "Tak lalu dandang di air, di gurun ditanjakkan." "Tak lekang karena waktu." "Tak pandai menari dikatakan lantai yang terjungkat." "Tak tentu hilir mudiknya." "Takkan dua kali orang tua kehilangan tongkat." "Takkan harimau makan anaknya." "Takkan lari gunung dikejar." "Takut akan hantu, lari ke pandam." "Takut titik, lalu tumpah." "Takutkan tuma, kain dibadan dibuang." "Tali berlembar empat, bagai tungku sejerangan." "Tali jangan putus kaitan jangan sekah." "Tali yang tiga lembar itu tak suang-suang putus." "Tambah air tambah sagu." "Tampan sudah, langgam terbawa." "Tampuk bertangkai." "Tangan diatas lebih mulia daripada tangan dibawah." "Tangan mencencang bahu memikul." "Tangguk lerek dengan bingkainya." "Tangguk rapat, keruntung bobos." "Telah berasap hidungnya." "Telah berurat berakar." "Telah dapat gading bertuah, tanduk kerbau mati terbuang." "Telah dijual maka dibeli." "Telah jadi air." "Telunjuk lurus kelingking berkait." "Tanaman padi yang belum siap dipanen, mereka menundukkan kepala mereka." "Terajak pada orang yang enggan." "Terajar pada banteng pincang." "Terapung tak hanyut, terendam tak basah." "Teras terunjam, gubal melayang." "Terbang bertumpu, hinggap mencengkam." "Terbulang ayam betina." "Tercabut lidah mati." "Tercacak seperti lembing tergadai." "Tercengang puar bergerak andilau." "Tercekau pada ikan bersengat." "Terentang suatu tabir yang halus." "Tergolek pada tempat yang datar." "Terkatung macam biduk patah kemudi." "Terpegang di abu arang." "Terpegang di abu dingin." "Terpeluk biawak sial." "Terpijak benang arang, hitam telapak." "Tersabung di ayam betina." "Tersendeng-sendeng bagai sepat dibawah mengkuang." "Tertampi beras bubuk." "Tertangkup sama makan tanah, terlentang sama minum air." "Tertumbuk biduk dikelokkan, tertumbuk kata dipikiri." "Tertumpang biduk tiris." "Tiada beban dicari beban, pergi ke pulau batu digalas." "Tiada berorang di air." "Tiada buruk yang tiada elok." "Tiada elok yang tak buruk." "Tiada kuning oleh kunyit, tiada hitam oleh arang." "Tiada membesarkan air." "Tiba di dada dibusungkan, tiba di perut dikempiskan." "Tidak ada Penderitaan, Tidak akan Mendapatkan." "Tidak berhati berjantung." "Tidak biduk karam sebelah." "Tidak dirauk menjeriau." "Tidak dua kali orang tua kehilangan tongkat." "Tidak ingat badan celaka, ingat amat badan binasa." "Tidak tahu antah terkunyah." "Tidak terindang dedak basah." "Tidur bertilam pasir." "Tidur berulam air mata." "Tiga di atas kepala setiap orang ada dewa." "Tinggi kayu ara dilangkahi, rendah bilang-bilang disuruki." "Tolak tangga, berayun kaki." "Tong kosong nyaring bunyinya." "Tongkat membawa rebah." "Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi." "Tua-tua kelapa, makin tua makin berminyak." "Tuah anjing, celaka kuda." "Tuah tidak dapat direjan-rejan." "Tuak terbeli, tunjang hilang." "Tumbuk tanak terserah pada badan seorang." "Tumpul ke bawah, lancip ke atas." "Tunggang hilang berani mati." "Tunggang hilang tak hilang, tunggang mati tak mati." "Tunjuk satu jari ke orang lain, tunjuk tiga jari ke diri sendiri." Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z U[sunting] "Ubun masih bergerak sudah angkuh." "Udang dalam tangguk." "Udang dibalik batu." "Udang hendak mengatai ikan." "Udang tak tahu dibungkuknya." "Ujung jari sambungan lidah." "Ular berkepala dua." "Ular bukan, ikanpun bukan." "Umpama anjing makan muntahnya." "Umur baru setahun jagung, darah baru setampuk pinang." "Untung ada, tuah tidak." "Untung sabut terapung, untung batu tenggelam." "Untung sepanjang jalan, malang sekejap mata." "Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak." "Upah bidan pun tak terbayar." "Upah terterima, kerbau pincang." "Utang emas dapat dibayar, utang budi dibawa mati." "Utang sebelit pinggang." Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z W[sunting] "Walau kecil tampak, kalau besar tak tampak." "Waktu adalah ilmu." "Waktu adalah uang." Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z Y[sunting] "Yang berkurap pembawa buluh, yang buta pengembus lesung." "Yang dijolok tidak dapat, penjolok tinggal diatas." "Yang dikandung berceceran, yang dicari tiada dapat." "Yang dipandang rupa, yang dimakan rasa." "Yang hampa biar terbang, yang bernas biar tinggal." "Yang menabur angin, akan menuai badai." "Yang menggali lubang, akan terperosok lubang sendiri." "Yang secupak takkan jadi segantang." "Yang terbujur lalu, yang terlintang patah." "Yang untut lain, yang mengasut lain." Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z Lihat pula[sunting] Daftar peribahasa di Wiktionary Daftar peribahasa KBBI di Wiktionary Peribahasa Indonesia/KBBI - peribahasa yang terdaftar di KBBI Daftar peribahasa Melayu A–M Daftar peribahasa Melayu N–Z Peribahasa Indonesia A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
hidup diatas mati pun di atas